Pelangi tak selamanya indah
Kala pilu menyerang
Bak sebuah pisau bergerigi menusuk ratusan kali di ulu hati
Aku adalah hamba yang bertuan
Mengabdikan diri untuk abadi
Sejatinya dunia tak semua fana
Ruhku abadi, kala beberapa hari tak makan aku pun tak mati
Mengatakan ateis dengan bengis
Padahal kecongkakkan itu didasari kedangkalan
Kasih dimanapun kau, ku ada didekatmu
Lebih dari jarak
Dan lebih cepat dari waktu
Aku tak ada maka kau pun tak ada.
Sombong sekali aku dengan syairku
Tapi hakikat kesombongan bagiku ketika tidak di katakan.
Warna mewarnai dalam takdir Ilahi.

Tanjung Menang, 11 Juni 2019